Bersatu Dalam Perbedaan Sebagai
Optimisme Persatuan NKRI
Oleh: Anisa V. Ala'yun
Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang terdiri dari berbagai
pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tentu saja dari setiap pulau
di Indonesia pun memiliki ciri khas tersendiri yang mau tidak mau harus
diterima oleh bangsa Indonesia. Dalam urusan kepemerintahannya pun telah diatur
didalam undang-undang yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama. Hal tersebut menuntut kesediaan masyarakat
dari tiap-tiap daerah untuk menoleransi keputusan bersama. Seperti apa yang
tekandung didalam sila ke-3 dan ke-4 Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia” dan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.” Semua itu dilakukan demi terwujudnya tujuan Indonesia yang
dituliskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.
Kita dapat melihat apa yang terjadi
pada Indonesia hari ini, tentu juga hal itu menimbulkan munculnya prediksi-prediksi kita tentang
seperti apakah Indonesia kedepannya. Terdapat dua sudut pandang dalam melihat
kondisi Indonesia hari ini dan kedepannya, yaitu secara geopolitik dan
geostrategi. Geopolitik sendiri merupakan serangkaian peraturan berupa
kebijakan yang terbentuk atas aspirasi nasional geografik (wilayah dalam arti luas)
yang bila dilaksanakan akan berdampak pada sistem politik suatu negara. Marilah
kita renungkan, Indonesia yang terdiri dari berbagai macam pulau yang tentunya
memiliki karakter yang berbeda-beda antara satu dan lainnya masih tetap utuh
sampai hari ini. Tentu hal tersebut seharusnya menjadi suatu kebanggaan tersendiri
bagi Indonesia. Mungkin hari ini Indonesia masih utuh, namun bukan berarti ia
akan tetap utuh dimasa yang akan datang. Bangsa Indonesia sendirilah yang
menentukan akan menjadi seperti apa negaranya ini. Ironi memang, ketika suatu
negara memiliki ideologi yang berusaha untuk mempersatukan ketahanan
nasionalnya perlahan luntur dan terabaikan seiring dengan perkembangan zaman.
Apa yang ditelurkan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila pada
kenyataannya belum terealisasi seperti apa yang diharapkan. Ketika negara ini
diuji oleh perbedaan, seolah egoisme menjadi bumerang bagi ketahanan NKRI. Apa
yang terlintas didalam pikiran kita ketika melihat siaran berita perang antar
suku di Indonesia? Sungguh sulit menentukan apakah kita yang terbawa suasana
atau mungkin apa yang mereka lakukan itu memang hak mereka dan hanya mereka
yang tahu mengapa harus melakukan hal tersebut. Namun ketika dilihat dari segi
kesatuan dan persatuan Indonesia, hal tersebut sungguh memprihatinkan. Lalu apa
gunanya Pancasila, UUD 1945 pun semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika?” Begitu pula masalah kontroversial yang sedang
hangat-hangatnya dibicarakan publik perihal masalah perbedaan agama. Mulai dari
kasus penistaan agama, pembakaran tempat-tempat peribadahan, munculnya
issu-issu yang menimbulkan perselisihan di media sosial hingga keinginan untuk
mengubah sistem pemerintahan di Indonesia. Hal-hal tersebut merupakan ujian
berat bagi Indonesia, apakah akan tetap bertahan atau malah hancur karena
bangsanya sendiri. Bung Hatta pernah berkata, “ Jatuh bangunnya negara ini
sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan
kepedulian, Indonesia hanyalah sekadar nama dan gambar seuntaian pulau di
peta.” Kata-kata yang sangat bermakna dan patut menjadi renungan bagi kita
bangsa Indonesia. Ketika kita telah meyakini bahwa kita adalah bangsa
Indonesia, mengapa masih menempatkan ego diatas persatuan? Bukankah kita
tahu setiap individu diciptakan oleh
Tuhan berbeda-beda? Sulit memaksakan kehendak satu dan lainnya harus sama dan
sejalan. Namun kita dapat meminimalisir perbedaan itu dengan adanya toleransi
yang akan mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan Indonesia. Intervensi dari
luar memang selalu menjadi ancaman bagi suatu negara. Namun keberhasilan dalam
membentengi diri ada ditangan rakyat Indonesia sendiri.
Ketika suatu negara telah terbawa
arus globalisasi,pengaruh-pengaruh luar tidak dapat terbendung, negara akan
lupa dengan tujuan ia didirikan. Apabila Indonesia masih berkutat dan fokus
dengan perbedaannya, kapan Indonesia menjadi negara maju? Padahal untuk menjadi
negara maju diperlukan kerjasama yang baik didalamnya. Masa depan Indonesia
mungkin akan menjadi suram bahkan hancur ketika bangsanya sendiri tidak mau solid
dan bersatu. Jangan pernah melupakan sejarah. Belajarlah dari kehancuran
kerajaan di Nusantara yang telah hancur akibat perang saudara. Jangan sampai
Indonesia kedepannya mengalami hal serupa. Karena faktor internal dalam
permasalahan lebih berbahaya daripadi faktor eksternal suatu negara.
Itulah mengapa kita sebagai rakyat
Indonesia dirasa perlu untuk memiliki wawasan nusantara. Dengan demikian, kita
tahu bagaimana harus bersikap di negara yang penuh dengan perbedaan ini. Penanaman
jiwa bela negara dan cinta tanah air harus dilakukan oleh rakyat Indonesia
sejak dini. Sekolah-sekolah pun harus
menggerakkan penanaman jiwa bela negara pada seluruh peserta didiknya.
Mengingat banyak terjadi tawuran antar pelajar yang sering terjadi antar
sekolah. Hal itu memungkinkan akan terus berlanjut pada kehidupan peserta didik
kedepannya apabila tidak dikenalkan kecintaan tanah air sejak usia dini. Selain
lembaga pendidikan, keluarga merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat
membantu perubahan Indonesia dalam mempertahankan ketahanan nasional. Ketika
seorang anak yang baru lahir kemudian dibesarkan dan dirawat oleh sebuah
keluarga yang menanamkan jiwa bela negara dan juga cinta terhadap tanah air,
dimungkinkan akan mewujudkan keberhasilan Indonesia dalam menyikapi perbedaan.
Apabila Indonesia berhasil membuktikan kepada dunia dan dapat membentengi
ketahanan nasionalnya, maka geostrategi yang merupakan tindak lanjut dari
geopolitik Indonesia dapat dibilang sukses dalam pelaksanaannya.