Rabu, 28 Februari 2018

Bersatu Dalam Perbedaan Sebagai Optimisme Persatuan NKRI

Bersatu Dalam Perbedaan Sebagai Optimisme Persatuan NKRI

Oleh: Anisa V. Ala'yun

          Indonesia merupakan suatu  negara kesatuan yang terdiri dari berbagai pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tentu saja dari setiap pulau di Indonesia pun memiliki ciri khas tersendiri yang mau tidak mau harus diterima oleh bangsa Indonesia. Dalam urusan kepemerintahannya pun telah diatur didalam undang-undang  yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Hal tersebut menuntut kesediaan masyarakat dari tiap-tiap daerah untuk menoleransi keputusan bersama. Seperti apa yang tekandung didalam sila ke-3 dan ke-4 Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia” dan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.” Semua itu dilakukan  demi terwujudnya tujuan Indonesia yang dituliskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.
            Kita dapat melihat apa yang terjadi pada Indonesia hari ini, tentu juga hal itu menimbulkan  munculnya prediksi-prediksi kita tentang seperti apakah Indonesia kedepannya. Terdapat dua sudut pandang dalam melihat kondisi Indonesia hari ini dan kedepannya, yaitu secara geopolitik dan geostrategi. Geopolitik sendiri merupakan serangkaian peraturan berupa kebijakan yang terbentuk atas aspirasi nasional geografik (wilayah dalam arti luas) yang bila dilaksanakan akan berdampak pada sistem politik suatu negara. Marilah kita renungkan, Indonesia yang terdiri dari berbagai macam pulau yang tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda antara satu dan lainnya masih tetap utuh sampai hari ini. Tentu hal tersebut seharusnya menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Mungkin hari ini Indonesia masih utuh, namun bukan berarti ia akan tetap utuh dimasa yang akan datang. Bangsa Indonesia sendirilah yang menentukan akan menjadi seperti apa negaranya ini. Ironi memang, ketika suatu negara memiliki ideologi yang berusaha untuk mempersatukan ketahanan nasionalnya perlahan luntur dan terabaikan seiring dengan perkembangan zaman. Apa yang ditelurkan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila pada kenyataannya belum terealisasi seperti apa yang diharapkan. Ketika negara ini diuji oleh perbedaan, seolah egoisme menjadi bumerang bagi ketahanan NKRI. Apa yang terlintas didalam pikiran kita ketika melihat siaran berita perang antar suku di Indonesia? Sungguh sulit menentukan apakah kita yang terbawa suasana atau mungkin apa yang mereka lakukan itu memang hak mereka dan hanya mereka yang tahu mengapa harus melakukan hal tersebut. Namun ketika dilihat dari segi kesatuan dan persatuan Indonesia, hal tersebut sungguh memprihatinkan. Lalu apa gunanya Pancasila, UUD 1945 pun semboyan “Bhinneka Tunggal Ika?” Begitu pula masalah kontroversial yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan publik perihal masalah perbedaan agama. Mulai dari kasus penistaan agama, pembakaran tempat-tempat peribadahan, munculnya issu-issu yang menimbulkan perselisihan di media sosial hingga keinginan untuk mengubah sistem pemerintahan di Indonesia. Hal-hal tersebut merupakan ujian berat bagi Indonesia, apakah akan tetap bertahan atau malah hancur karena bangsanya sendiri. Bung Hatta pernah berkata, “ Jatuh bangunnya negara ini sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekadar nama dan gambar seuntaian pulau di peta.” Kata-kata yang sangat bermakna dan patut menjadi renungan bagi kita bangsa Indonesia. Ketika kita telah meyakini bahwa kita adalah bangsa Indonesia, mengapa masih menempatkan ego diatas persatuan? Bukankah kita tahu  setiap individu diciptakan oleh Tuhan berbeda-beda? Sulit memaksakan kehendak satu dan lainnya harus sama dan sejalan. Namun kita dapat meminimalisir perbedaan itu dengan adanya toleransi yang akan mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan Indonesia. Intervensi dari luar memang selalu menjadi ancaman bagi suatu negara. Namun keberhasilan dalam membentengi diri ada ditangan rakyat Indonesia sendiri.
            Ketika suatu negara telah terbawa arus globalisasi,pengaruh-pengaruh luar tidak dapat terbendung, negara akan lupa dengan tujuan ia didirikan. Apabila Indonesia masih berkutat dan fokus dengan perbedaannya, kapan Indonesia menjadi negara maju? Padahal untuk menjadi negara maju diperlukan kerjasama yang baik didalamnya. Masa depan Indonesia mungkin akan menjadi suram bahkan hancur ketika bangsanya sendiri tidak mau solid dan bersatu. Jangan pernah melupakan sejarah. Belajarlah dari kehancuran kerajaan di Nusantara yang telah hancur akibat perang saudara. Jangan sampai Indonesia kedepannya mengalami hal serupa. Karena faktor internal dalam permasalahan lebih berbahaya daripadi faktor eksternal suatu negara.
            Itulah mengapa kita sebagai rakyat Indonesia dirasa perlu untuk memiliki wawasan nusantara. Dengan demikian, kita tahu bagaimana harus bersikap di negara yang penuh dengan perbedaan ini. Penanaman jiwa bela negara dan cinta tanah air harus dilakukan oleh rakyat Indonesia sejak dini. Sekolah-sekolah pun harus  menggerakkan penanaman jiwa bela negara pada seluruh peserta didiknya. Mengingat banyak terjadi tawuran antar pelajar yang sering terjadi antar sekolah. Hal itu memungkinkan akan terus berlanjut pada kehidupan peserta didik kedepannya apabila tidak dikenalkan kecintaan tanah air sejak usia dini. Selain lembaga pendidikan, keluarga merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat membantu perubahan Indonesia dalam mempertahankan ketahanan nasional. Ketika seorang anak yang baru lahir kemudian dibesarkan dan dirawat oleh sebuah keluarga yang menanamkan jiwa bela negara dan juga cinta terhadap tanah air, dimungkinkan akan mewujudkan keberhasilan Indonesia dalam menyikapi perbedaan. Apabila Indonesia berhasil membuktikan kepada dunia dan dapat membentengi ketahanan nasionalnya, maka geostrategi yang merupakan tindak lanjut dari geopolitik Indonesia dapat dibilang sukses dalam pelaksanaannya.