Rabu, 12 September 2018

Hayuk Main Yuk: Selama Tidak Menentang Ideologi Negara, Aku "Respect" Sama Kamu

Anisa V. Ala'yun- Sudah sewajarnya kita sebagai generasi bangsa Indonesia fokus dalam menghadapi permasalahan dinegeri ini yang bersifat menghambat kemajuan NKRI. Pasalnya akhir2 ini hal yang sering menjadi perbincangan hangat dan kontroversial adalah tentang agama atau believe. Tidak dapat dipungkiri memang agama adalah sesuatu yang terdengar sensitif bagi warga negara Indonesia, mengingat bahwa sudah semestinya warga Indonesia percaya kepada Tuhan, sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa". Diriku sendiri dari background keluarga Nahdliyyin namun bersekolah di perguruan tinggi milik Muhammadiyah. Hal itu ternyata membuatku lumayan tercerahkan akan pentingnya bersikap menghargai sesama demi terciptanya kedamaian. Jika selama ini kita saling menghina salah satu kelompok karena perbedaan keyakinan, hal itu seakan lenyap ketika aku telah terjun dalam realita sebenarnya. Walaupun terkadang beberapa teman disekitarku mengkritik tentang pemahamanku dalam beribadah, namun hal itu tak akan melemahkan prinsipku, aku tetap menghargai mereka yang berusaha mengkritikku. Menjelaskan kepada mereka tidak boleh dengan suasana dikuasai emosi, karena akan timbul perselisihan padahal sebelumnya berhubungan baik sekali. Aku tidak mau hal itu terjadi. Jadi caraku yaitu dengan mengikuti apa kegiatan-kegiatan mereka seperti melakukan aksi sosial dll. Selama kita memiliki pondasi atau prinsip yang kuat, tidak perlu takut akan terpengaruh dengan keyakinan mereka. Semua itu kembali kepada diri kita kok, ambil positifnya, abaikan yang tak sependapat dengan diri kita selama tak membahayakan. Disanalah aku akrab dengan mereka, seiring berjalannya waktu karena mereka merasa tidak terusik denganku yang berbeda pemahaman, justru disitulah mereka berhenti mengkritik segala ibadah yang dulunya dianggap berbeda oleh mereka. Akupun juga akan menjelaskan alasannya jika mereka mau bertanya alasannya, asalkan tidak bertanya dalam keadaan kesal. Sesungguhnya yang perlu diberantas adalah pengaruh radikalisme dan pemikiran wahabi takfiri yang jelas-jelas tampak merusak kesatuan NKRI. Tentu saja sebagai mahasiswa muslim saya perlu berhati-hati. Bapak saya pernah berkata jika yang menjadi sasaran empuk para pencuci otak penyebar radikalisme adalah mahasiswa-mahasiswa yang tidak kritis alias diberitahu langsung iya iya aja. Begitupun wahabi takfiri, yang gemar sekali mengkafir-kafirkan dan membid'ah-bid'ahkan sesamanya tanpa mendalami ilmunya. Hal ini justru yang perlu dihilangkan dari NKRI. Jikalau mereka tetap bersarang dan nantinya akan terus berkembang, hal itu akan membuat Indonesia semakin tertinggal, pasalnya mereka sangat ahli dalam hal menggoreng-goreng issu dan memiliki back up yang lumayan kuat untuk menyebarkannya. Disitulah saya berfikir, lha kok kita dibuat ngerumit dengan hal kaya gini ya, lagi-lagi pakai agama. Hah? Di rohingya hingga suriah lagi-lagi menyoal agama. Jangan-jangan Indonesia bla bla bla. Aku sempat bertanya-tanya, adakah dalang dibalik ini semua? Yang membuat bangsa Indonesia sibuk dengan keyakinannya yang berbeda-beda. Padahal masih banyak PR kita untuk menjadi negara yang lebih maju dan beradab. Seperti memajukan perekonomian Indonesia, meningkatkan mutu pendidikan hingga membersihkan politik-politik kotor seperti KKN dan sebagainya. Cukuplah kita yang NU ngaji aja dengan kyai NU, Muhammadiyah ya ngajinya di Muhammadiyah. Jangan sekali-kali ikut pengajian yang gak jelas dan cenderung memecah belah umat. Toleransi itu penting guys, tidak cuma Islam saja, namun juga agama lainnya yang ada di Indonesia ini. Jika toleransinya sudah pintar dan berhasil, in syaa Allah kita bisa menjadikan Indonesia negara maju melalui berbagai sektor atau bidang. Warga Indonesia harus cerdas bersikap dan kompak menjaga kesatuan dan persatuan! Tanamkan jiwa bela negara sejak dini. Jangan malas baca buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar